Jumat, 13 Januari 2012

Mitos Bank di benak Pengusaha



Banyak di kalangan pengusaha muslim yang percaya mitos, celakanya mereka menganggap mitos tersebut adalah fakta dan realita yang sebenarnya. Padahal mitos tersebut dapat membahayakan diri dan keluarganya.

Salah satunya adalah mitos tentang Bank, pengusaha muslim terpengaruh dengan propaganda kapitalisme yang menyatakan “Bisnis tidak akan maju tanpa ‘bantuan’ Bank”. Mitos seperti ini sangat berbahaya bila dianggap sebagai realitas yang benar, karena dapat menjatuhkan diri seorang pengusaha pada perbuatan haram.

Benarkah Bisnis Membutuhkan “Bantuan” Bank ?

Kesalahan pertama dari mitos ini adalah Bank tidak memberikan bantuan melainkan ia sedang berbisnis dengan Anda dengan sistem ribawi yang sangat dilarang dalam Islam. Dosa paling ringan dari riba adalah seperti menzinahi ibunya sendiri, Rasul SAW bersabda :

Riba itu memiliki 73 pintu. Yang paling ringan (dosanya) adalah seperti seseorang yang menzinahi ibunya. (HR al-Hakim dan al-Baihaqi).

Karena bisnis, maka bank menentukan kriteria yang bisa menerima pinjaman, yakni pengusaha dengan usaha yang “bankable”. Bank tidak akan memperhatikan usaha-usaha yang tidak layak atau yang tidak memberi keuntungan cukup. Oleh karena itu sangat jarang bank mau berbisnis dengan pengusaha pemula.

Saat pengusaha baru mulai berbisnis jarang bank mau memberi “bantuan” keuangan, dibutuhkan waktu minimal 3 tahun karena bank biasanya meminta laporan keuangan perusahaan selama 3 tahun terakhir. Jika suatu bisnis mampu bertahan 3 tahun bahkan meningkat penghasilannya, menunjukan bahwa bisnis ini sudah benar berjalan. Pengusahanya pun sudah memiliki pemahaman dan pengalaman mengelola usahanya tersebut.

Sayangnya karena ada mitos bahwa untuk maju harus dengan “bantuan” bank, pengusaha yang sudah berhasil membesarkan usahanya ini seperti kerasukan setan dan kehilangan kewarasannya dengan memilih jalan haram.

Bank bukanlah kantung ajaib yang menjamin apa yang kita inginkan pasti terjadi. Sekalipun sudah mendapatkan pinjaman dari bank, pengusaha tetap harus bekerja keras, tekun dan senantiasa mencari solusi atas berbagai kendala yang dihadapi, namun kali ini tanpa keberkahan dari Allah SWT. Sebagaimana hadits Rasul SAW.

Dari Abu Hurairah RA dia berkata: Rasulullah SAW bersabda:

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan kaum mukminin dengan perintah yang juga Dia tujukan kepada para rasul, “Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mukminun: 51)” dan Dia juga berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. (QS. Al-Baqarah: 172)”

Kemudian beliau menyebutkan seseorang yang letih dalam perjalanannya, rambutnya berantakan, dan kakinya berpasir, seraya dia menengadahkan kedua tanganya ke langit dan berkata, “Wahai Rabbku, wahai Rabbku.” Padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dia diberi makan dari yang haram, maka bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan. (HR. Muslim).

Tak berbilang jumlahnya, pengusaha yang bangkrut walaupun sudah mendapat pinjaman bank. Bahkan setelah bisnisnya hancur iapun harus merelakan hartanya disita, guna melunasi hutangnya kepada bank.

Memang ada pengusaha yang bisnisnya semakin mencorong setelah mendapatkan pembiayaan dari bank, namun kesuksesan tersebut hakekatnya tidak ada artinya karena seumur hidup ia akan mendapat stempel di dahinya sebagai “Pengusaha Muslim Sukses Dengan Cara Haram”. Status yang seharusnya membuat ia malu bukan bangga, apalagi di akherat nanti menunggu adzab yang pedih.

Jika sama-sama harus bekerja keras, tekun dan kreatif mengapa tidak memilih berbisnis dengan cara yang sesuai dengan syariat Islam saja. Sehingga kesuksesan yang diraih akan dipenuhi keberkahan dari Allah SWT dan yang lebih penting kita telah menyelamatkan diri dan keluarga dari api neraka. Allah SWT berfirman :

“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu” (QS. Attahrim [66] : 6). (hidupberkah.com)

PENCARIAN