Rabu, 12 Oktober 2011

Kisah Motivasi Dokter Alvita



Sapaan yang cukup lembut mengawali perjumpaan dengannya. ”Saya Vita,” kata perempuan berpakaian dokter memperkenalkan diri, beberapa waktu lalu. Sebagai dokter yang baru mengambil spesialisasi nuklir di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, pagi itu Vita tugas piket di bagian nuklir Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung
Dokter Alvita Dewi Siswoyo, atau yang biasa disapa Vita, sekian tahun lalu lama menjadi pasien dan langganan rumah sakit. Berulang kali dia menjalani operasi, tambah lagi enam seri kemoterapi, serta 70 kali radioterapi. ”Kanker kedua telah mengubah hidup saya. Kanker pertama adalah misteri, kanker kedua merupakan malapetaka,” tutur dokter berusia 26 tahun itu.
Karena penderitaan itulah, Vita bertekad menjadi dokter. Pengalamannya menjadi pasien yang sering merasa tertekan, sedih, kadang putus asa, diyakini menjadi bekal yang cukup buat memahami pasien. ”Saya ingin menyebarkan kepada para pasien penderita kanker serta keluarganya bahwa masih ada harapan dan kita tetap bisa hidup dan berguna untuk orang lain,” kata Vita.
Suratan takdir membuat Vita harus kehilangan salah satu matanya. ”Saya tak pernah tahu rasanya punya dua mata,” ucapnya. Padahal, ketika lahir pada 19 Januari 1983, orangtuanya, pasangan dr Loekito Siswoyo dan Vera Wibowo, mendapatkan bayinya dalam keadaan normal.
Seperti orangtua lain umumnya, Loekito ingin merayakan setiap momen penting perkembangan buah hatinya. Pada ulang tahun Vita, keluarga merayakan, antara lain dengan tiup lilin. Blup! Tiba-tiba lampu mati.
Loekito merasa ada sesuatu yang mencurigakan ketika melihat mata Vita memancarkan cahaya seperti mata kucing. Foto yang dicetak kemudian semakin memperjelas adanya sinar tajam dari mata kiri Vita.
Benar saja, setelah melalui sejumlah pemeriksaan dokter ahli di Jakarta, Vita dinyatakan menderita penyakit yang cukup serius, retinablastoma. Dokter menyarankan untuk segera mengangkat mata kiri guna menghindari penyebaran ke tempat yang lebih jauh.
Operasi yang cukup mendadak itu membuat Vera yang ketika itu sedang hamil anak kedua mengalami pendarahan. Maka, ibu-anak itu berada di rumah sakit yang sama untuk perawatan yang berbeda.
Terus bertanya Kendati tidak memiliki mata lengkap, Vita kecil sangat aktif menjalani banyak kegiatan. Les musik, menyanyi, dan berenang adalah sebagian dari kegiatannya di sela-sela aktivitas sekolah. Vita masih ingat, semasa kecil dia adalah anak periang, sampai suatu hari dia mendapat ejekan dari teman sekolahnya.
”Sejak itu saya jadi pendiam dan menarik diri,” katanya. Tak seperti remaja lainnya, sepulang sekolah Vita lebih banyak diam di rumah dan mengutak-utik pelajaran. Dia tak berhenti bertanya, mengapa bisa terkena kanker dalam usia yang masih begitu muda. Mengapa matanya harus hilang? Mengapa dunia tidak adil terhadap dirinya?
Belum selesai dengan berbagai macam pertanyaan, pada usia 16 tahun, petaka datang. Vita dinyatakan menderita kanker jaringan tulang lunak atau yang sering disebut ewing sarcoma stadium 3. Jenis kanker ini cukup langka dan biasa menimpa anak usia 10-20 tahun.
Sejak dokter di Jakarta menemukan kanker di tumit kaki, Vita menjalani serangkaian pemeriksaan yang membuat kecil hatinya. Pemeriksaan berlanjut saat orangtuanya membawanya mencari kemungkinan baru di Singapura. Jika rasa sakitnya sedang menyerang, semalaman Vita tak tidur. Untuk berjalan saja, dia tak mampu sehingga harus menggunakan kursi roda. ”Derita apa lagi yang harus kujalani? Kenapa aku lagi?” begitu tanyanya hari ke hari. Bangku sekolah terpaksa ditinggalkan selama setahun.
Duka sesama penderita kadang bisa membangkitkan semangat, tetapi kadang justru menghancurkan. Begitulah yang dialami Vita. Pada proses pengobatan, dia berteman dengan Jessica yang terdeteksi kanker tulang stadium 1. Mereka saling memberi dan berbagi seperti dua sahabat yang diikat oleh penderitaan yang sama.
Secara awam, Jessica yang waktu itu berusia 14 tahun semestinya lebih mempunyai banyak harapan dibandingkan Vita. Namun, nasib berkata lain. Dalam suatu pertemuan tak sengaja di kantin rumah sakit, dia menyaksikan sahabatnya itu duduk di kursi roda dengan kaki sebelah yang sudah diamputasi. ”Ya Tuhan, saya sudah kehilangan mata, saya tidak mau lagi kehilangan kaki,” ucapnya dalam hati. ”Sejak itu, saya tak mau bertemu Jessica karena saya tak tahu harus bicara apa.”
Motivator Waktu terus berjalan. Vita yang dulu kini sudah menjadi dokter dan motivator bagi pasien-pasien penderita kanker. Saat enam bulan magang di Yayasan Kanker Indonesia, Vita sering mendapat telepon yang sekadar minta didengar.
Sebagai mantan pasien, Vita memahami sepenuh jiwa suasana batin penderita kanker. Ia juga bisa ikut merasakan rasa tak nyaman akibat pengobatan. Nasihat agar pasien bersabar, seperti yang umum disampaikan saat kita menjenguk pasien yang sedang terbaring sakit, menurut Vita, tak guna. ”Dulu saya benci kalau ada orang yang bilang, ’Sabar ya, Vit’. Enak saja bilang sabar, sabar,” katanya mengenang ucapan-ucapan yang sering disampaikan kerabatnya.
Vita merasa beruntung mendapat kasih yang melimpah dari orangtuanya. Masih terus diingatnya ucapan ibunya bahwa di balik kekurangan, pasti ada kelebihannya. Adalah ibunya yang begitu telaten mencekoki dengan jus buah apel, tomat, dan wortel. Sehari Vita bisa menghabiskan masing-masing 1 kilogram, yang dibuat secara segar dalam beberapa kali. Begitu bosannya, Vita sering protes. ”Memangnya perut saya sampah, setiap hari makan begini,” ucapnya. Ibunya tak pernah membalas dengan ucapan, hanya sesekali air matanya jatuh. Sementara ayahnya yang dinilai sebagai orang sangat kuat pun sempat dilihatnya menangis.
Kebahagiaan demi kebahagiaan datang kemudian. Hanya beberapa saat setelah kembali ke kota asalnya, Semarang, Vita dipinang seorang pria. Satu hadiah lagi, pada Mei lalu, dia diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran untuk spesialisasi kedokteran nuklir.
Wawancara yang menjadi bagian cukup menentukan benar-benar membesarkan hati. ”Sama sekali tidak ada pertanyaan yang meragukan mata saya yang hanya satu. Beruntung pewawancara lebih menggali potensi saya daripada kekurangan fisik saya.”

Minggu, 09 Oktober 2011

SEJARAH ISMKI



Informasi buat teman2 yang belum tahu,gimana berdirinya organisasi mahasiswa kedokteran terbesar di Indonesia yang menaungi lebih dari 60 fk baik negeri maupun swasta di Seluruh Indonesia……..Sejarah Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI)
GERAKAN MAHASISWA KEDOKTERAN INDONESIA
Dokter pada dasarnya adalah cendikiawan yang lingkungan kerjanya berada di tengah masyarakat sehingga ia dapat merasakan penderitaan dan harapan masyarakat.
Dalam kalbunya tumbuh dan terpupuk keinginan untuk memperbaiki nasib masyarakat, sehingga mempertebal keinsyafan akan rasa kebangsaan dan nasionalismenya.
Mengapa di bangsa berkembang, khususnya Indonesia pergerakan dimulai dari pemuda kedokteran bukan dari pemuda hukum, pemuda ekonomi, pemuda sosial politik, atau sebagainya yang mewarnai pergerakan negara-negara maju lainnya?
Jawabannya adalah karena dokter adalah figure yang mengabdikan profesinya tanpa terpengaruh pertimbangan-pertimbangan agama, kedudukan social, jenis kelamin, suku dan politik kepartaian. Artinya, dalam profesinya, dokter sarat dengan nilai kesetaraan. Sebuah nilai yang dapat menumbuhkan rasa ketertindasan yang sama akibat penjajahan, yang akhirnya menimbulkan semangat nasionalisme. Tidak mengherankan jika kelompok pertama yang menginisiasi semangat nasionalisme adalah dokter. Sebuah semangat, yang kemudian menjadi embrio kesadaran berbangsa dan pada gilirannya melahirkan semangat kebangkitan nasional yang menjadi momentum proses menuju kemerdekaan bangsa.
Dokter Wahidin Sudirohusodo, penggagas berdirinya Budi Utomo, menyadari hal tersebut. Beliau menggagas organisasi yang berbangsa melalui upaya pendidikan dalam rangka meninggikan kehormatan bangsa. Gagasan ini kemudian diimplementasikan oleh mahasiswa kedokteran (dr Sutomo dan teman-temannya). Dan sejarah mencatat, 20 Mei 1908 organisasi Boedi Utomo lahir yang kemudian kita peringati bersama sebagai hari kebangkitan nasional, sebuah hari awal pergerakan nasional menuju kemerdekaan bangsa.
PEMBENTUKAN IMKI
Ikatan Mahasiswa Kedokteran Indonesia (IMKI) merupakan organisasi mahasiswa kedokteran berskala nasional yang pertama. Pada era pasca 1966, saat mahasiswa kembali ke kampus, tuntutan akan profesionalisme dari lingkungan yang didominasi akan teknokrat semakin meningkat. Hal itu mendorong mahasiswa kedokteran saat itu untuk membentuk suatu wadah yang dapat menyatukan aspirasi mereka dalam rangka peningkatan profesionalisme mahasiswa kedokteran. Selain itu, kepergian beberapa mahasiswa UI (Biran Affandi, Razak, Azrul Azwar, Widiapati dan Ichsan Utama) ke kongres ARMSA (Asian Regional Medical Students Association atau sekarang bernama AMSA, Asian Medical Students Association) juga turut menjadi pemicu untuk terbentuknya organisasi sejenis di Indonesia. Akhirnya setelah dilakukan konsolidasi antar fakultas-fakultas kedokteran, terbentuklah organisasi IMKI melalui deklarasi Cimacan pada tahun 1969, dengan ketua terpilih Biran Affandi. Pada awaal pembentukannya, keanggotaan IMKI adalah keanggotaan personal dan bukan keanggotaan senat mahasiswa.
Pada periode awal, kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh IMKI antara lain adalah melakukan pertukaran mahasiswa kedokteran dengan Jerman dan membina kerjasama dengan ARMSA. Salah satu hal yang perlu dicatat adalah diselenggarakannya rapat kerja IMKI yang pertama di Bali pada tahun 1970. Waktu itu, salah satu keputusan yang diambil adalah menetapkan penyelenggaraan Munas I IMKI di Makassar pada tahun 1971 dengan Steering Committee Syafri Guricci dari Universitas Hasanuddin.
MUSYAWARAH NASIONAL IMKIMunas IMKI di Makassar pada tahun 1971 dilaksanakan di sebuah pulau tidak jauh dari kota Makasar bernama Pulau Kayangan. Waktu itu terjadi persaingan cukup ketat antara delegasi dari UI (Fahmi Alatas, Hariman Siregar, Umar Fahmi) delegasi dari UNDIP (Satoto), dan delegasi dari USU (Aslim Sihotang) untuk menjadi ketua umum. Akhirnya terpilih Aslim Sihotang sebagai ketua umum, Syafri Guricci sebagai wakil ketua dan Hariman Siregar sebagai sekretaris. Disebabkan oleh hambatan jarak dan komunikasi, pada periode ini peran sekretaris menjadi cukup dominan. Mengikuti angin depolitisasi kampus, Hariman Siregar berhasil menghimpun organisasi-organisasi pofesi sejenis (Ikatan Mahasiswa Hukum, Ikatan Mahasiswa Teknik, dll) dalam suatu wadah guna mengimbangi keberadaan dewan mahasiswa.
Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan IMKI pada periode ini antara lain mengirim delegasi untuk menghadiri World University of Medical Students di India pada tahun 1972 yaitu pertemuan mahasiswa kedokteran seluruh dunia yang dihadiri delegasi dari berbagai negara.
Peristiwa Malari yang melibatkan Hariman Siregar yang tengah menjabat fungsionaris IMKI menyebabkan vakumnya dewan mahasiswa yang disertai kevakuman IMKI.
Untuk mengembalikan arah kebijakan organisasi mahasiswa yang sebelumnya telah terpotisir, Dirjen DIKTI megeluarkan konsep NKK (Normalisasi Kebijakan Kampus). Salah satu perwujudan konsep tersebut adalah pembentukan ISMS (Ikatan Senat Mahasiswa Sejenis). Konsep tersebut menimbulkan banyak kontroversi di kalangan mahasiswa.
PEMBENTUKAN ISMKI
Pemerintah melalui Dr. Abdul Gafur mencoba mengadakan pendekatan kepada Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran untuk ikut mendukung penerapan konsep NKK dengan membentuk Ikatan Senat Mhasiswa Kedokteran Indonesia. Respon yang pertama datang dari Senat Mahasiswa UNHAS. Pra MUNAS ISMKI I dilaksanakan di Makasar yang diwarnai berbagai pertentangan pendapat antarpeserta yang hadir. Pada awalnya sebagian besar peserta menolak pembentukan ISMKI dan bersikeras untuk mempertahankan IMKI. Akhirnya setelah dilakukan lobi-lobi dan pendekatan disepakati akan dilaksanakan Munas ISMKI I di Makasar pada bulan September 1981. ISMKI dideklarasikan di Makasar pada tanggal 20 September 1981.
Munas ISMKI I di Makasar berhasil membuat keputusan dan menetapkan :
  1. AD/ART ISMKI
  2. Garis-garis pokok kebijaksanaan ISMKI
  3. Presidium ISMKI dan MPM (Majelis Pertimbangan Musyawarah)
  4. BP Munas dan Sekjen ISMKI. Sekjen terpilih yaitu Faried dari UGM.
PERIODE KEPENGURUSAN 1981-1985
Perjalanan ISMKI di tahun-tahun awal setelah kelahirannya mengalami berbagai hambatan yang terutama disebabkan karena kurang dapat diterimanya ISMKI oleh beberapa kalangan mahasiswa kedokteran sendiri. Hal ini mengakibatkan pelaksanaan Mukernas tertunda sampai dengan tahun 1982. Program kerja pengurus ISMKI 1981-1983 akhirnya berhasil disusun pada Mukernas yang dilaksanakan di Universitas Udayana, Bali, 28-30 Agustus 1982.
Program-program yang telah disusun tersebut sebagian telah berhasil dilaksanakan terutama program dari wilayah IV, walaupun dalam pelaksanaannya tidak begitu lancar.
Kepengurusan periode ini seharusnya berakhir pada tahun 1983. Namun, karena adanya berbagai hambatan dan rintangan Munas II baru bisa terlaksana pada tahun 1985.
Munas II dilaksanakan di Yogyakarta, 28-31 Juni 1985. Bersamaan dengan Munas diselenggarakan pula Temu Ilmiah Nasional (Temilnas). Peserta yang hadir pada kesempatan itu adalah delegasi dari USU, UNAND, UNSRI, UI, UNPAD, UGM, UNS, UNDIP, UNIBRAW, UNHAS, UNSRAT, YARSI, UKM, dan UNISSULA.
Munas II menghasilkan ketetapan-ketetapan sebagai berikut :
  1. Adanya beberapa perubahan AD/ART.
  2. Presidium ISMKI dihilangkan karena pada saat itu dianggap overlapping bidang kerja dengan MPA.
  3. Ditetapkannya GBHO.
  4. Adanya kesepakatan untuk melaksanakan Mukernas.
  5. Masalah atribut ISMKI diserahkan kepada Sekjen terpilih.
  6. Semua Senat Mahasiswa menyepakati bahwa setelah Sekjen mengangkat perangkatnya, diharapkan semua Senat Mahasiswa menyusun program yang selanjutnya diserahkan pada Sekjen dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi yang ada.
  7. Memilih dan menetapkan Chamim dari Senat Mahasiswa UNIBRAW sebagai Sekjen
  8. Memilih dan menetapkan MPA.
PERIODE KEPENGURUSAN 1985-1987
Pada periode kepengurusan ini timbul masalah tak terduga, yaitu adanya pengaruh politik pemerintah dalam mengatur massa. Direktur Kemahasiswaan sebagai penanggung jawab ISMKI berkeinginan meninjau kembali AD/ART agar lebih sesuai dengan kondisi Depdikbud. Ternyata permasalahan ditambah dengan adanya kekurangpahaman anggota tentang wadah ISMKI sehingga dalam pelaksanaan program masih mengacu pada hasil Mukernas I.
Dalam organisasi ISMKI sendiri terjadi pembagian wilayah untuk lebih menyesuaikan dengan pedoman pelaksanaan kegiatan mahasiswa yang mengacu pada Polbimawa (Pola
Pembinaan Mahasiswa) yang dikeluarkan oleh Dirjen DIKTI.
Pada periode ini Sekjen dibantu oleh 7 orang Sekbid dan 5 orang Sekwil. Pada saat itu DPR sedang mengkaji UU Keormasan. Agar ISMKI tidak terjebak pada UU tersebut, diadakanlah Munaslub di Surabaya, tapi sayang Munaslub tersebut gagal karena tidak semua wakil datang dan forum tidak tercapai.
Munas III dilaksanakan di Malang, 28-31 Januari 1987. Pada Munas ini keanggotaan ISMKI bertambah menjadi 20. Anggota baru tersebut adalah Senat Mahasiswa Univ. Trisakti, Univ. YARSI, Unika Atmajaya, UNTAR, UKI, dan UNSYIAH. Sedangkan UNISSULA baru menjadi anggota setelah melengkapi syarat-syarat administrasi. Sekjen terpilih adalah Budi Santoso dari Senat Mahassiwa UNAIR yang diputuskan satu jam sebelum pelantikan.
PERIODE KEPENGURUSAN 1987-1988
Kondisi ISMKI yang mengambang karena tidak dilaksanakannya Mukernas dan kesekretariatan yang tidak teratur menyebabkan penyusunan program kerja terhambat. Pada akhirnya Sekjen berhasil menyusun program kerja dan diserahkan ke DIKTI, sedangkan program kerja Sekwil menyusul. Pada masa itu Sekjen melakukan perubahan perangkat organisasi, yaitu adanya 9 orang Sekbid dan 5 orang Sekwil yang membantu pelaksanaan program kerja.
Pada tahun 1987, diberangkatkan delegasi ISMKI ke Asian Medical Student`s Conference VII di Malaysia dan juga pada tahun 1988 untuk acara yang serupa.
Munas IV ISMKI berlangsung di Surabaya dengan Sekjen terpilih Arief Tri Bawono dari Senat Mahasiwa UI.
PERIODE KEPENGURUSAN 1988-1990
Pada periode ini diselenggarakan Asian Medical Student`s Conference (AMSC) di Jakarta dan Bali yang menetapkan Novik Tri Bawono dari Senat Mahasiswa UI sebagai Presiden AMSA X.
Munas V ISMKI diselenggarakan di Jakarta dan menetapkan Marhaen Hardjo dari Senat Mahasiswa UNHAS sebagai Sekjen terpilih. Berbagai keputusan lainnya adalah :
  1. Menetapkan perubahan AD/ART ISMKI.
  2. Menetapkan GBHO.
  3. Menetapkan Sekjen dan MPA.
  4. Menyukseskan kegiatan AMSC XI di Seoul.
  5. Menyelesaikan masalah wajib kerja sarjana dokter Pegawai Tidak Tetap.
PERIODE KEPENGURUSAN 1990-1992
Pada periode ini lembaga MPA diaktifkan kembali yang beranggotakan 5 orang dari masing-masing wilayah. Lembaga ini berfungsi :
1.      Sebagai tempat konsultasi Sekjen.
2.      Memberikan nasehat atau teguran kepada Sekjen.
3.      Inisiatif Munaslub
Rakernas yang dilaksanakan pada bulan Mei 1991 berhasil merumuskan program kerja sebagai berikut :
  1. Menyelesaikan masalah dokter PTT.
  2. Menyelesaikan masalah kedokteran swasta.
  3. Berpartisipasi dalam AMSC XI di Seoul.
  4. Menyelenggarakan Bakti Sosial Nasional.
  5. Menyelenggarakan Pramunas dan Munas VI ISMKI.
Program kerja yang terlaksana :
  1. Sekbid Dalam Negeri : Konferensi pers tentang pernyataan sikap ISMKI mengenai peraturan dokter PTT di sekretariat PB IDI pada bulan Agustus 1991.
  2. Sekbid Luar Negeri : Mengikuti AMSC XI di Seoul dengan jumlah delegasi 29 orang.
  3. Sekbid Swasta : Mengadakan pertemuan antara Senat Mahasiswa Kedokteran Swasta se-Jakarta dengan DPR untuk membicarakan nasib FK Swasta.
  4. Sekbid Pengabdian Masyarakat : Mengadakan Baksos di Kalimantan dengan pelaksana Senat Mahasiswa Univ. Trisakti dan Kemah Kerja Bakti Mahasiswa (KKBM) di Lubuk Banggai, Sulawesi Tengah.
Pelaksanaan Munas VI sempat mundur 6 bulan karena bersamaan dengan pelaksanaan Sidang Umum MPR. Akhirnya Munas VI berlangsung di Makasar bulan September 1993. Sekjen terpilih adalah Irfan Afriandi dari Senat Mahasiswa UNPAD.
PERIODE KEPENGURUSAN 1993-1995
Dalam menjalankan tugasnya Sekjen dibantu oleh 7 orang Sekbid dan 5 orang Sekwil. Program-program yang terlaksana antara lain :
  1. Sekbid Dalam Negeri : pers release hasil Munas dan Rakernas ISMKI, audiensi dengan pejabat Depkes dan PB IDI, pembentukan kelompok studi, penjalinan kerjasama dengan ISMS-ISMS lain.
  2. Sekbid Luar Negeri : mengupayakan sosialisasi ISMKI pada IFMSA.
  3. Sekbid Pendidikan Ilmiah : Pelatihan Manajemen Kesehatan Wilayah di Makasar (Oktober 1994), Temu Ilmiah Nasional di banda Aceh (November 1994).
  4. Sekbid Pendidikan Kedokteran Swasta : pers release masalah kedokteran swasta.
  5. Sekbid Pengmas : Pengmas di Aceh, berpartisipasi dalam Jambore Nasional Tim Bantuan Medis.
Masalah yang dihadapi pada periode ini adalah masalah pendanaan dan tidak adanya sekretariat tetap. Pramunas VII diselenggarakan di UNDIP dan memutuskan bahwa pada Temilnas yang akan diikuti oleh seluruh anggota akan dibahas penelitian murni yang berbasis pada data aktual di berbagai sentra.
Pada periode ini terjadi pelepasan AMSA menjadi organisasi baru yang diharapkan dapat berjalan berdampingan dengan ISMKI. Namun, dalam pendirian AMSA selanjutnya tidak ada nota kesepahaman antar organisasi sehingga tidak ada keterikatan organisasi. Selanjutnya ISMKI lebih berfokus pada IFMSA (International Federation of Medical Students Association).
Munas VII ISMKI diselenggarakan di UNDIP, Semarang. Sebagai Sekjen terpilih adalah Adnan Ibrahim dari Senat Mahasiswa UGM. Senat mahasiswa UMI ditetapkan menjadi anggota baru ISMKI. Selain itu, Munas juga menetapkan adanya Wakil Sekjen yang berfungsi:
  1. Menggantikan Sekjen bila berhalangan hadir.
  2. Membangun kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait sebagai mitra ISMKI terutama yang berada di Jakarta.
  3. Mewakili Sekjen dalam membantu tugas-tugas fungsional dalam upaya memperkenalkan ISMKI pada pihak-pihak eksternal, baik dalam maupun luar negeri.
PERIODE KEPENGURUSAN 1995-1997
Dibentuknya Wakil Sekjen telah memberi nuansa baru di ISMKI dimana terjadi komplementasi dan peran-peran strategis ISMKI secara adil dan merata dalam membangun suatu organisasi yang menekankan prinsip egalitarian dan partisipasi. Demikian pula dengan adanya Juru Bicara di bawah Sekbid KIK membantu optimalisasi komunikasi dan konsolidasi organisasi secara internal dan eksternal.
Orientasi kebijakan ISMKI pada periode ini :
  1. Kembali ke kampus, yaitu upaya untuk mengusung aspirasi mahasiswa kedokteran Indonesia yang masih terpolarisasi dan berserakan serta sering tak terakomodir melalui lambang Senat Mahasiswa FK sebagai bagian dari ISMKI.
  2. Intelektual progresif, yaitu perumusan aspirasi yang ada ke dalam format komprehensif, berwawasan, sistematis, sarat idealisme dan argumentatif untuk selanjutnya diberi daya gerak secara aktif dimanifestasikan dalam tindakan riil bagi setiap upaya perubahan dan perbaikan.
  3. Katalisator perubahan dalam menjalankan perannya sebagai mediator antar pemerintah sebagai pengambil keputusan di bidang kesehatan, mahasiswa kedokteran sebagai calon dokter, dan masyarakat sebagai pengguna jasa kesehatan agar terwujud optimalisasi pelayanan kesehatan yang merata di masyarakat dalam berbagai strata sosial dan geografis.
Munas VIII ISMKI diselenggarakan di Medan dengan Sekjen terpilih Riyadh Firdaus dari Senat Mahasiswa UI. Sekjen dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wasekjen, 5 orang Sekbid, dan 5 orang Sekwil yang diangkat dan bertanggung jawab kepada Sekjen.
PERIODE KEPENGURUSAN 1997-1999
Pada tahun 1998 ISMKI diterima menjadi anggota penuh IFMSA. Pada periode ini Wasekjen yang bertugas membantu Sekjen mengundurkan diri sebelum masa jabatannya selesai.
Munas IX ISMKI Dilaksanakan pada bulan September 1999 di FK UNAIR, Surabaya. Munas ini dihadiri oleh 30 delegasi Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran se-Indonesia. Beberapa hasil yang ditetapkan dalam MUNAS IX adalah :
  1. Menetapkan perubahan AD/ART ISMKI.
  2. Menetapkan GBHO.
  3. Ditetapkannya otonomi bagi setiap wilayah. Hal ini secara otomatis membuat mekanisme pengangkatan Sekwil menjadi berubah. Sekwil ditetapkan melalui Muswil, langsung bertanggung jawab terhadap Muswil dengan tetap menjalin koordinasi dengan Sekjen.
  4. Memilih dan menetapkan Ardiansjah Dara Sjahruddin dari BEM FK Univ. Trisakti sebagai Sekjen.
  5. Menetapkan jumlah anggota MPA menjadi 10 orang, 2 orang dari masing-masing wilayah.
PERIODE KEPENGURUSAN 1999-2001
Kepengurusan ISMKI periode ini terdiri dari Sekjen yang dibantu 5 orang Sekbid dan Bendahara. Mukernas diselenggarakan pada bulan November 1999 yang dihadiri oleh perwakilan anggota ISMKI.
Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan :
1.       Pengiriman delegasi ke acara Exchange Officer of IFMSA di Finlandia, Maret 2000.
2.       Pelaksanaan Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa (LKMM) II dan Pra Temilnas di Makasar, April 2000.
3.       Pengiriman delegasi ke 49th General Assembly of IFMSA di Portugal, Agustus 2000.
4.       Pra Munas di Bali pada bulan September 2000 yang memberikan rekomendasi untuk melakukan perubahan struktur kepengurusan yang baru dan penetapan SPEKTRUM menjadi buletin resmi ISMKI.
5.       Pada Pra Munas di Bali juga terjadi polemik yang sangat berpengaruh pada perjalanan ISMKI ke depan yakni keluarnya Standing Committee ISMKI dan kemudian membentuk organisasi baru.
  1. Temilnas dan Temu Pendidikan Kedokteran, bersamaan dengan pelaksanaan Pra Munas.
  2. Bakti Sosial Nasional yang dilaksanakan di desa Likupang, Sulawesi Utara.
  3. Pengiriman delegasi ke March Meeting IFMSA di Malta, Maret 2001.
  4. LKMM dan Pra Temilnas di Medan, Maret 2001.
Dalam kepengurusan ini, Center of Indonesian Medical Students Activities (CIMSA) didirikan oleh beberapa pengurus ISMKI sebelumnya, dengan menggunakan Badan Aktifitas (Standing Committee) dari ISMKI dan semua tender ISMKI yang terkait dengannya.
Munas X ISMKI dilaksanakan juga pada bulan September 2001 di Makasar dengan tuan rumah pelaksana adalah BEM FK Universitas Muslim Indonesia ( FK UMI ). Munas ini di hadiri oleh 22 BEM/Senat mahasiswa fakultas kedokteran di seluruh Indonesia. Beberapa hasil dan rekomendasi Munas ke X ini adalah :
  1. Menetapkan perubahan AD/ART ISMKI
  2. Menetapkan GBHO
  3. Mengadakan pembenahan internal secara menyeluruh dengan senantiasa menjaga keutuhan organisasi.
  4. Mengaktifkan kembali badan – badan aktivitas atau standing committee ISMKI
  5. Menyikapi dengan tegas keberadaaan organisasi mahasiswa kedokteran Indonesia lainnya.
  6. Memilih dan menetapkan Adnanto Wiweko dari BEM FK UGM sebagai Sekjen ISMKI.
  7. Menetapkan jumlah anggota MPA sebanyak 5 orang.
PERIODE KEPENGURUSAN 2001-2003
Pada periode ini Sekjen dibantu oleh 4 orang Sekbid dan 3 komite khusus yaitu komite pendidikan, komite kebijakan, komite ilmiah nasional. Setelah kepengurusan terbentuk diselenggarakan Mukernas di Jogjakarta pada bulan November 2001. Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan pada periode ini:
1.            Workshop nasional Quality Assurance tentang pendidikan dokter, di FK Universitas Gajah Mada, Jogjakarta.
2.            Diskusi nasional tentang perubahan format dokter PTT di Jakarta
3.            Audiensi dengan DPR-RI komisi VII dan Departemen Kesehatan mengenai dokter PTT.
4.            Pengiriman delegasi ISMKI ke pertemuan tahunan IFMSA baik March Meeting maupun August Meeting, antara lain di Yugoslavia dan Taiwan.
5.            Temu Menteri Kaderisasi BEM/Senat fakultas kedokteran Se-Indonesia di FK Universitas Airlangga, Surabaya.
6.            Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa ( LKMM ) Nasional mahasiswa kedokteran di FK Universitas Jember.
7.            Pra Musyawarah Nasional, Temu Ilmiah Nasional di FK Universitas Kristen Maranatha, Bandung
Pada periode kepengurusan 2001-2003 terjadi pergeseran status keanggotaan ISMKI di IFMSA. ISMKI tidak lagi menjadi anggota penuh dari IFMSA disebabkan adanya perpecahan intenal kepengurusan ISMKI yang dimulai sejak masa kepengurusan sdr. Riyadh Firdaus, kemudian dilanjutkan kepengurusan sdr. Ardiansjah Dara Sjahrudin dan puncaknya adalah perseteruan internal yang dibawa ke forum IFMSA menyebabkan keanggotaan Indonesia di IFMSA harus dibagi dua dengan organisasi pecahan dari ISMKI, sehingga nama Indonesia dalam forum internasional adalah CIMSA-ISMKI (LoA Taiwan 2002)
Munas XI ini dilaksanakan juga pada bulan September 2003 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan dengan tuan rumah pelaksana adalah BEM FK Universitas Lambung Mangkurat (FK UNLAM). Munas ini di hadiri oleh 28 BEM/Senat mahasiswa fakultas kedokteran di seluruh Indonesia. Beberapa hasil dan rekomendasi Munas ke XI ini adalah :
  1. Menetapkan perubahan AD/ART ISMKI
  2. Menetapkan GBHO
  3. Mengadakan pembenahan internal secara menyeluruh dengan senantiasa menjaga keutuhan organisasi.
  4. Membentuk kembali jabatan Wakil Sekretaris Jenderal
  5. Mengaktifkan kembali badan – badan aktivitas atau standing committee ISMKI
  6. Meninjau kembali efektifitas dari komite – komite nasional
  7. Memilih dan menetapkan Pramafitri Adi Patria dari BEM FK UNDIP sebagai Sekjen ISMKI.
  8. Menetapkan jumlah anggota MPA sebanyak 4 orang, berdasarkan mekanisme kewilayahan.
PERIODE KEPENGURUSAN 2003-2005
Pada periode ini Sekjen dibantu oleh 5 orang Sekbid dan 2 komite khusus yaitu  komite kebijakan dan komite ilmiah nasional. Setelah kepengurusan terbentuk diselenggarakan Mukernas di Semarang pada bulan Desember 2003. Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan pada periode ini adalah:
1.       Pengaktifan kembali kelompok penggulangan masalah merokok melalui pertemuan dan seminar nasional di FK Universitas Brawijaya Malang Februari 2004.
2.       Pra Temu Ilmiah Nasional dan Workshop Problem Based Learning di FK Universitas Islam Indonesia Jogjakarta, Maret 2004
3.       Pengiriman delegasi ke Regional Meeting IFMSA Asia Oceania di Kuala Lumpur Malaysia, Maret 2004.
4.       Siaran pers dan pernyataan sikap atas berbagai kebijakan kesehatan dan  kebijakan pendidikan dokter yang dikeluarkan pemerintah.
5.       Audiensi dengan Komisi VII DPR-RI tentang RUU Praktek Kedokteran. Mei 2004
6.       Seminar nasional generasi muda tanpa tembakau, bekerjasama dengan komisi nasional penanggulangan masalah merokok dan WHO di Jakarta Juni 2004.
7.       Menghadiri International Symposium on Medical Education bersama Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia ( AIPKI ) dan Komite Pendidikan Kedokteran Indonesia ( KPKI ) di Makassar Agustus 2004.
8.       Pengiriman delegasi ke August Meeting IFMSA di Macedonia, Agustus 2004.
9.       Penjalinan kerjasama dan pembentukan koalisi ISMS – ISMS yang ada di Indonesia dalam rangka mengawal proses pemilihan presiden RI secara langsung. Mei – September 2004
10.   PraMusyawarah Nasional, Temu Ilmiah Nasional dan Seminar Pendidikan Kedokteran Nasional di FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh September 2004.
11.   Pembentukan Forum koalisi organisasi peduli Aceh ( FORMATUR ) dan pengadaan bantuan korban Tsunami di Aceh, bersama PB IDI, PDGI,  PPNI, ISFI, IBI, ISMAFARSI, LKMI, FKUI pada bulan Januari – Maret 2005.
12.   Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa ( LKMM ) Nasional mahasiswa kedokteran, di FK Universitas YARSI Jakarta, Maret 2005.
13.   Pengiriman delegasi ke Regional Meeting IFMSA Asia Oceania di Thailand, Maret 2005
14.   PraTemu Ilmiah Nasional dan Training Management Disaster di FK Universitas Hasanuddin Makassar, April 2005.
15.   Pengiriman delegasi ke August Meeting IFMSA 2005 di Mesir, Agustus 2005.
Pada kepengurusan periode 2003 – 2005 ini, struktur dan personalia pengurus mengalamiresuffle sebanyak satu kali dikarenakan beberapa pengurus mengundurkan diri karena alasan akademis. Selain itu juga bidang litbang di likuidasi karena tidak adanya sumber daya yang mempunyai kapasitas cukup untuk mengemban amanah dan tugas bidang tersebut dan alasan yang lain karena menyangkut prioritas kebijakan organisasi.
Munas XII ISMKI diselenggarakan oleh tuan rumah BEM FK Universitas Sam Ratulangie (UNSRAT) di Manado pada akhir bulan September. Munas XII ISMKI dihadiri 29 institusi dari total 37 Institusi anggota ISMKI, dan ditambah 5 anggota tetap yang baru dilantik pada munas kali ini, yaitu: Universitas Negeri Lampung (UNILA), Universitas Mataram (UNRAM), Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), dan Universitas Abul Yatama (UNAYA).
Selain Penetapan AD/ART ISMKI dan GBHO ISMKI, Munas XII memilih dan menetapkan Ekasakti Octohariyanto dari Senat Mahasiswa FKUI sebagai Sekertaris Jenderal ISMKI dan memberi rekomendasi kepengurusan berikutnya sebagai berikut:
1.      Komunikasi Efektif melalui koordinasi dan atau instruksi menuju sinkronisasi struktural PHN dan PHW
2.      Meletakkan BSO sebagai badan fungsional yang mampu mengintegrasikan badan aktifitas di setiap universitas di bawah ISMKI
3.      Menerbitkan buku panduan organisasi yang mencakup job description ISMKI menuju struktur organisasi yang tertib, terukur, dan teratur.
4.      ISMKI mengoptimalkan fungsi advokasi internal dan eksternal dengan memberdayakan bidang kajian strategis
5.      Penanaman sikap mental sekaligus upgrading bagi generasi baru ISMKI melalui LKMM berjenjang dan menjaga atmosfer semangat kinerja seluruh anggota ISMKI selaku motor organisasi.
6.      Mempersiapkan Pemilra sebagai sarana pemilihan sekjen ISMKI
7.      Membentuk wadah alumni ISMKI
8.      Mengedepankan kekuatan jaringan dalam rangka memperkokoh eksistensi dan peningkatan kinerja di tingkat lokal, Nasional, dan Internasional.
9.      Pembuatan database yang berisi sejarah pengurus, proker, anggita dan informasi yang up to date sebagai wacana yang dapat diakses oleh semua institusi anggota ISMKI untuk bergerak lebih maju.
10.  Adanya mekanisme penghargaan dan sanksi bagi anggota organisasi untuk memotivasi dan disipliner
11.  Mengupayakan penyelesaian masalah dengan CIMSA.
PERIODE KEPENGURUSAN 2005-2007: PERIODE GENERASI PEMIMPIN
Pada periode ini Sekjen ISMKI memberi solusi atas ketidak jelasan sistem dan mekanisme ISMKI. Di awal kepengurusan Komite Ilmiah Nasional atas ijin rekomendasi dari Munas ISMKI dirubah menjadi Badan Semi Otonom (BSO) ISMKI, yaitu Badan Analisis dan Pengembangan Ilmiah Nasional (BAPIN) ISMKI yang lebih independen dalam mengatur urusan rumah tangganya sendiri. Perubahan sistem selanjutnya dengan mempersiapkan 4 BSO lainnya, yaitu: Badan Pers Nasional (BPN) ISMKI, Pendidikan dan Profesi kedokteran (Pendpro) ISMKI, Social Service Center (SSC) ISMKI, Indonesian Standing Committee on Reproductive Health including Aids (SCORA) ISMKI, yang kesemuanya ditetapkan di Mukernas ISMKI. Pengurus Harian Nasional pun mendapat perubahan sistem dengan membentuk 3 Staff Ahli ISMKI yang dikhususkan bergerak di Nasional namun dapat diakses sampai institusi, yakni Staff Ahli Hubungan Luar Negeri ISMKI, Staff Ahli Hubungan Masyarakat ISMKI, dan Staff Ahli Penelitian dan Pengembangan Organisasi (ISMKI) serta dibantu dengan 4 Bidang yang menjadi core competence ISMKI, yakni Bidang Dana Usaha, Bidang KIK, Bidang Kajian Strategis, dan Bidang Pengembangan SDM.
Selain perubahan dan penetapan sistem di awal, beberapa kegiatan yang telah dilakukan pada periode ini adalah:
  1. Sinskronisasi struktural “Core Competence” ISMKI dalam tataran Nasional dan Wilayah yang mengakar ke tingkat institusi; yaitu: Bidang KIK, Bidang Danus, Bidang PSDM, dan Bidang Kastrat.
  2. Menetapkan Badan Semi Otonom ISMKI sebagai garda terdepan aktifitas ISMKI, yaitu: Badan Pers Nasional (BPN), Badan Analisis dan Pengembangan Ilmiah Nasional (BAPIN), Indonesian Standing Committee on Reproductive including Aids (SCORA), Pendidikan dan Profesi Kedokteran (Pendpro) ISMKI, dan Social Service Center (SSC) ISMKI
  3. Menetapkan Sistem dan Mekanisme ISMKI dalam berbagai SoP seluruh elemen ISMKI.
  4. Mengadakan Musyawarah Kerja Nasional ISMKI dengan tuan rumah Wilayah 2 ISMKI, yang difasilitasi oleh Senat Mahasiswa FK Yarsi, BEM FK UPN, Senat Mahasiswa UI, BEM FK UMJ.
  5. Mengadakan Pra Musyarwarah Nasional ISMKI dengan tuan rumah BEM FK Universitas Negeri Lampung serta BEM FK Universitas Malahayati.
  6. Mengadakan Pesta Perak 25 th ISMKI dengan tuan rumah BEM FK Universitas Muhammadiyah Jakarta.
  7. Mengadakan Panitia  ESQ In-House ISMKI di Jakarta, Bandung, Palembang, Surabaya, dan bebagai tempat lainnya
  8. Mengadakan Musyawarah Nasional XIII ISMKI dengan tuan rumah BEM FK Universitas Universitas Muhammadiyah Nasional ISMKI
  9. Mengirimkan delegasi untuk March Meeting IFMSA 2006    à (Pucon, Chile, 1 – 7 Maret 2006)
  10. Mengirimkan delegasi untuk Asia Pacific  Regional Meeting IFMSA 2006  à (Jakarta, Indonesia, 24-28 Maret 2006)
  11. Mengirimkan delegasi untuk August Meeting IFMSA 2006  à (Zlatibor, Swedia, 1-7 Agustus 2006)
  12. Mengirimkan delegasi untuk March Meeting IFMSA 2007 à (Mandurah, Australia, 7-13 Maret 2007)
  13. Mengirimlkan delegasi untuk Asia Pacific Regional Meeting 2007  à (Osaka, Japan, 24 – 28 Maret 2007)
  14. Mengirimkan delegasi untuk August Meeting IFMSA 2007 à (Canteburry, United Kingdom, 7-14 Agustus 2007)
  15. Mengirimkan delegasi untuk Hiroshima Summer School 2007 (Hiroshima, Japan, Agustus 2006)
  16. Mengirimkan delegasi untuk Asian Youth 2006 à (Batam, Indonesia, November 2006)
  17. Membentuk Tim Khusus Desain Strategis, Persiapan AD/ART dan GBHO ISMKI serta Tim AdHoc Pemilihan Sekjen ISMKI
  18. Menetapkan Kurikulum LKMM berjenjang (Nasional-Wilayah-Institusi) ISMKI
  19. Membentuk wadah alumni ISMKI dengan komunitas milist dan Temu Alumni Aktifis Mahasiswa Kedokteran Indonesia
  20. Menetapkan 20 September sebagai Hari Mahasiswa Kedokteran Indonesia.
  21. Inisiasi pembuatan buku putih ISMKI yang berisi sejarah ISMKI, laporan keengurusan PHN, anggota dan informasi yang up to date sebagai wacana yang dapat diakses oleh semua institusi anggota ISMKI untuk bergerak lebih maju.
  22. Adanya mekanisme penghargaan dan sanksi bagi anggota organisasi untuk memotivasi dan disipliner
  23. Merekomendasikan Ekasakti Octohariyanto (UI) dan Radhiyatam Mardiah (UNPAD) sebagai Pengurus Harian Komnas Pengendalian Tembakau
  24. Mengadakan Bakti Sosial Nasional 2006 di Jember dengan tuan rumah BEM FK UNEJ dan di Lombok 2007 dengan tuan rumah BEM UNRAM.
Dan berbagai kegiatan lainnya yang akan disampaikan dalam buku putih ini dan Musyawarah Nasional XIII ISMKI menghasilkan sesuatu hal yang kongkrit dalam penerusan pembangunan peradaban mahasiswa kedokteran Indonesia kedepan.

PENCARIAN